Manado – Wakil Ketua DPRD Kota Manado, Mona Claudya Kloer, angkat bicara terkait polemik operasional Bus Trans Manado atau skema Buy The Service (BTS) yang digagas Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Perhubungan. Kehadiran transportasi massal modern tersebut terus menjadi sorotan publik.
Di satu sisi, layanan Bus Trans Manado mendapat sambutan positif dari warga. Moda transportasi ini dinilai lebih aman, nyaman, dan ramah di kantong. Namun di sisi lain, penolakan datang dari kalangan sopir angkutan kota (mikrolet) yang merasa keberadaan bus tersebut mengancam keberlangsungan mata pencaharian mereka.

Penolakan itu sempat memicu ketegangan di lapangan, termasuk aksi menghadang armada bus yang tengah beroperasi. Para sopir mikrolet juga menggelar unjuk rasa di Kantor Wali Kota Manado sebagai bentuk protes atas kebijakan tersebut.
Menanggapi situasi tersebut, Mona menilai dinamika yang terjadi sebagai konsekuensi wajar dalam proses pembangunan dan modernisasi kota. Politikus perempuan Partai Gerindra itu menyatakan memahami kegelisahan para sopir mikrolet yang telah lama menggantungkan hidup dari sektor transportasi konvensional.

“Terkait aksi protes sopir mikrolet beberapa waktu lalu, menurut saya itu hal yang lumrah terjadi. Saya menghormati aspirasi dan kekhawatiran mereka yang selama bertahun-tahun menggantungkan hidup dari profesi ini,” ujar Mona kepada wartawan, Jumat (5/12/2025).
Meski demikian, Mona menegaskan bahwa kehadiran Bus Trans Manado tidak bisa serta-merta dipandang sebagai pihak yang patut disalahkan. Menurutnya, layanan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah kota dalam menghadirkan transportasi publik yang lebih baik bagi masyarakat.

“Ini adalah kebijakan pemerintah kota melalui Wali Kota Manado. Sekarang warga memiliki alternatif transportasi yang lebih nyaman dan terjangkau. Tentu ini patut disikapi secara positif demi kemajuan kota dan penyesuaian dengan perkembangan zaman,” katanya.
Bendahara DPD Partai Gerindra Sulawesi Utara itu menambahkan bahwa persoalan utama sesungguhnya terletak pada pilihan masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi. Ia menilai setiap warga berhak menentukan moda transportasi yang paling sesuai dengan kebutuhannya tanpa adanya tekanan maupun konflik.

“Pada akhirnya ini soal pilihan publik. Semua pihak perlu berbenah, baik operator angkutan konvensional maupun pemerintah kota, agar aspirasi para sopir mikrolet dapat ditangani dengan baik,” jelasnya.
Mona juga mendorong angkutan mikrolet untuk meningkatkan kualitas layanan agar tetap diminati masyarakat. Menurutnya, kenyamanan, kebersihan, dan kelayakan kendaraan menjadi faktor penting di tengah persaingan transportasi.
“Kalau ingin tetap bertahan, tentu mikrolet juga harus meningkatkan standar layanan. Saya yakin transportasi umum di Manado bisa berjalan berdampingan, karena masing-masing memiliki segmen pengguna tersendiri,” tuturnya.
Ia pun optimistis kehadiran Bus Trans Manado tidak akan serta-merta menghilangkan angkutan konvensional, selama seluruh pihak mau beradaptasi dan berkolaborasi.
“Saya percaya pemerintah akan menangani persoalan ini secara bijak dan menghadirkan solusi yang adil bagi semua pihak,” pungkas Mona






